Minggu, 25 Maret 2012

GLOBAL WARMING

      Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang terekam sebelumnya. Dan situasi dan perkembangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir khususnya dalam dekade di akhir abad 20 dan awal abad 21 (Winarso, 2009).
       Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata bumi terus meningkat (Winarso, 2009).
        Menurut Wisnu (2010) gas rumah kaca adalah gas yang timbul secara alamiah dan merupakan akibat dari kegiatan industri, baik itu melalui penggunaan bakar fosil untuk kepentingan industri, transportasi tanpa diimbangi penanaman pepohonan untuk menyerap CO2. Contoh gas rumah kaca adalah CO2 (karbon dioksida), CH4 (methana), NO (nitogen oksida), CFC (chloro fluoro carbon), HFC (hidro fluoro carbon), PFC (perfluoro carbon) SF6 (sulphur heksafluoro). Jika GRK terlepas ke atmosfer dan sampai pada ketinggia troposfer, akan terbentuk lapisan “selimut” atau “rumah kaca” yang mengkungkung bumi. Gas rumah kaca inilah yang akan memantulkan sebagian panas dari bumi kembali lagi ke bumi dan atmosfer menjadi hangat. Bila hal ini terus berlanjut, dunia terancam mengalami pemanasan global.
        Selanjutnya, menurut Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), yang termasuk dalam gas rumah kaca diantaranya CO2, NO2, CH4, SF6, PFCs, dan HFCs. CO2, NO2, dan CH4 sebagian besar dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil baik dari sektor industri maupun dari transportasi. Sementara SF6, PFCs, dan HFCs sebagian besar merupakan hasil pemakaian aerosol. Gas-gas ini menyumbang kurang dari 1%, tetapi tingkat pemanasannya jauh lebih tinggi dibandingkan CO2, NO2, maupun CH4. Tingkat pemanasan ini ditunjukkan oleh indeks potensi pemanasan global. Dalam indeks ini CO2 digunakan sebagai parameter. (Winarso, 2009).
       Menurut National Geographic yang disadur oleh Agus (2008) bahwa setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metan menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
          Berdasarkan perhitungan untuk beberapa tahun belakangan ini dapat disimpulkan bahwa kontribusi CO2 terhadap pemanasan global mencapai lebih dari 60% (Mimuroto and Koizumi, 2003). Hal tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini:
         Emisi CO2 di dunia meningkat dari sebesar 18,3 milyar ton CO2 pada tahun 1980 menjadi sebesar 27,0 milyar ton CO2 atau rata-rata meningkat sebesar 1,6% per tahun. Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi CO2 yang terbesar, yaitu mencapai 21,9% dari total emisi CO2 dunia pada tahun 2004, diikuti oleh China (17,4%) dan India (4,1%). Sedangkan Indonesia hanya menyumbang emisi sebesar 1,2% dari total emisi CO2 dunia. Meskipun Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi, namun turut serta berinisiatif melakukan strategi untuk menguranginya.
Emisi CO2 dapat berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi dan gas bumi, serta dari industri semen dan konversi lahan. Penggunaan bahan bakar fosil merupakan sumber utama emisi CO2 di dunia dan mencapai 74% dari total emisi. Konversi lahan mempunyai kontribusi sebesar 24% dan industri semen sebesar 3%. 
Gambaran proses efek rumah kaca yang berdampak terhadap pemanasan global dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Panas matahari sebagian diserap oleh bumi sebesar 160 watt/m2 dan memanasi bumi

Panas matahari sebagian dipantulkan oleh bumi dan diteruskan oleh atmosfer

Panas matahari sebagian dipantulkan oleh bumi dan diteruskan oleh atmosfer

Panas matahari sebagagian dipantulkan kembali oleh GRK (Gas Rumah Kaca) sebsesar 30 watt/m2 ke bumi dan menjadikan bumi, atmoesfer dan lingkungan jadi panas


DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2008.htp://science.nationalgeographic.com/science/environment /global-warming/gw-causes.html?nav=FEATURES. Diakses tanggal 14 Februari 2012.

Arya Wardhana, Wisnu, 2010. Dampak Pemanasan Global.  Andi: Yogyakarta.
Gatut Susanta dan Hari Sutjahjo, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global. Penebarplus+, Jakarta, 2007,

IPCC (2001), Climate Change 2001 : Impacts, Adaptation, and Vulnerability, Summary for Policy Makers, Working Group 2 3rd Assessment Report, Draft., http://www.usgcrp.gov/ipcc/html/specrep.html, diakses tanggal 14 Februari 2012.

Subandono Diposaptono, Budiman dan Firdaus Agung, Menyiasati Perubahn Iklim Di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Penerbit Buku Ilmiah Populer, Bogor, 2009.

Sugiyono, 2006. Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna Energi. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 7, No. 2, 2006 : 15-19.
Waryono., Tarsoen,. 2008. Konsepsi Pembangunan Hutan Kota Berwawasan Lingkungan. Jurusan Geografi FMIPA Universitas Indonesia.

Winarso, P.A. 2009. Modul Pemanasan dan Perubahan Iklim Global. Akademi Meteorologi dan Geofisika: Jakarta.

Mimuroto, Y. and Koizumi, K. (2003) Global Warming Abatement and Coal Supply and Demand, Institute of Energy Economics Japan (IEEJ), January 2003.


1 komentar:

  1. Play Slots at Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack
    Come 서산 출장안마 play at 서산 출장마사지 Harrah's Philadelphia 출장마사지 Casino 전라남도 출장마사지 & Racetrack and play your favorite table games. Get $20 free 수원 출장샵 to play Slots and Casino Games at Harrah's

    BalasHapus

BAKU MUTU UDARA AMBIENT DAN DAMPAK PENCEMARAN UDARA TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN

       Baku mutu udara ambient adalah batas kadar yang diperbolehakan bagi zat atau bahan pencemar yang ada di udara, namun tidak menimbu...